Khofifah Prihatin Nasib TKI Didominasi Sektor Informal

Minggu, 25 Agustus 20130 komentar

Kediri (Juruwarta/Antarajatim) - Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku prihatin dengan nasib tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, ternyata masih didonimasi sektor informal.

 "Ada sekitar enam juta warga Indonesia menjadi TKI di luar negeri dan mayoritas menjadi pembantu rumah tangga," katanya ditemui saat silaturahmi dengan pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Wali Barokah di Kediri, Kamis malam.

 Ia mengaku sangat prihatin dengan kondisi para TKI Indonesia tersebut. Mereka banyak yang tidak mempunyai keahlian khusus, sehingga banyak yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga.

 Bahkan, tidak jarang majikan mereka pun juga berbuat tidak adil, misalnya tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah sembahyang, berpuasa, bahkan diminta memasak daging babi. Padahal, dalam Islam, babi adalah hewan yang diharamkan.

 Ia berharap, para TKI tidak lagi bekerja di sektor informal menjadi pembantu rumah tangga melainkan di sektor formal seperti di perusahaan. Mereka juga bisa mendapatkan jaminan hak-hak akan pekerjaan mereka.

 Pihaknya juga menyebut, para tenaga kerja dari Indonesia harus lebih terampil ketika bekerja di luar negeri. Terlebih lagi, pada 2015 pasar bebas Asean sudah mulai terbuka, sehingga setiap warga harus mempunyai keterampilan.

 Khofifah mengatakan, salah satu pemicu tingginya jumlah TKI ke luar negeri adalah karena kemiskinan. Di Jatim sendiri, angka kemiskinan masih cukup tinggi. Selama ini, juga terjadi ketimpangan pembangunan antarsektor di Jatim.

 "Pembangunan di Jatim masih terjadi ketimpangan antarsektor. Tujuh kota di Jatim ini seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo termasuk kota sukses, tapi 31 lainnya belum," katanya.

 Khofifah sengaja datang ke Pondok Pesantren Wali Barokah di Kediri, Jatim. Ia datang dengan rombongan, menghadiri kegiatan silaturahmi di pusat pondok pesantren LDII tersebut.

 Khofifah mengaku, kedatangannya memang atas undangan dari LDII. Ia diberi kesempatan untuk silaturahmi dengan keluarga besar di pondok pesantren. Kesempatan itu ia gunakan untuk sosialisasi dan meminta dukungan memilih dirinya dengan pasangannya dalam Pilkada Jatim, 29 Agustus 2013.

 "Tugas saya memang perluasan penyapaan dan silaturahmi kapanpun dimanapun dengan lembaga ataupun elemen apapun," katanya.

 Ia mengaku, sudah membagi tugas dengan pasangannya, Herman. Ia memang lebih sering bertemu dengan massa, sementara pasangannya mempunyai tugas yang lebih spesifik lagi.

 Ia berharap, penyapaan yang ia lakukan bisa membawa sisi positif. Masyarakat menjadi lebih tahu, dan tidak lagi ragu untuk memilih dirinya. (*)

(Sumber: http://www.antarajatim.com/lihat/berita/116381/khofifah-prihatin-nasib-tki-didominasi-sektor-informal)
Share this article :

Posting Komentar

 
Didukung oleh : Facebook | Twitter | You Tobe
Copyright © 2015. Blog Madura - All Rights Reserved
Media Lainnya Sakera Pamekasan dan Tokoh Kita
Serta Didukung Penuh Oleh Madura Media