Harga Bibit Tembakau Pamekasan Capai Rp40 ribu

Laporan Wartawan Pamekasan Syamsul Arifin/ Berita Jatim

Pamekasan (beritajatim.com) - Harga bibit tembakau di Kabupaten Pamekasan, kembali melambung tinggi. Hal itu dikarenakan cuaca dalam dua hari terahir mulai membaik dan persedian bibit di sejumlah pembibitan mulai menipis.

Saat ini harga bibit tembakau perseribu batang sebesar Rp. 35 ribu - Rp. 40 ribu. Padahal sebelumnya hanya berkisar Rp. 5 ribu – Rp. 10 ribu perseribu batang. "Petani terpaksa membeli bibit tembakau yang mahal dikarenakan tidak ada pilihan lain, soalnya kami sudah terbiasa menanam tembakau tiap tahunnya," kata Asnawi, Sabtu (06/07/2013).


Petani tembakau asal Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, itu menambahkan, naiknya harga bibit tembakau karena petani yang menanam bibit tembakau sedikit, ditambah dengan cuaca yang kurang normal. "Petani tetap membeli bibit tembakau yang mahal, meski harus dengan uang hasil pinjaman ke tetangga," Imbuhnya.

Hal senada disampaikan Hamid, warga Desa Ragang, Kecamatan Waru. Saat ini persediaan bibit sudah mulai menipis sehingga harganya sangat tinggi. Bahkan untuk daerah Pamekasan tidak ada persedian bibit sama sekali hingga harganya melambung tinggi. "Seingat saya, baru kali ini harga bibit tembakau yang tembus Rp. 40 ribu, padahal tahun-tahun sebelumnya paling mentok Rp. 20 ribu hingga Rp. 25 ribu saja (perseribu bibit tembakau, baca)," pungkasnya.

Lebih lanjut diungkapkan Mohari, salah satu pembibit tembakau di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Kenaikan itu dipicu mulai menipisnya persediaan bibit tembakau, sementara kebutuhan akan bibit itu mulai meningkat menyusul normalnya cuaca. "Persediaan bibit tembakau mulai menipis, karena sebagian sudah terjual pada saat awal musim tanam," ungkapnya.

Mohari menjelaskan, saat ini kebutuhan petani tembakau akan bibit melonjak tajam, karena sebagian besar di antara mereka akan melakukan proses tanam ulang (mati terkena hujan, baca). "Yang jelas, proses tanam itu sama-sama membutuhkan bibit tembakau," pungkasnya. (Juruwarta/Syamsul Arifin)