"Upaya menyamakan persepsi politik menjelang pilkada Jatim ini, kami kemas dalam acara halal bihalal dan silaturrahim Madura seluruh Indonesia di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 2013 ini," kata panitia pelaksana kegiatan itu dari Himpunan Generasi Muda Madura (Higemura) Muhlis Ali di Bangkalan, Jumat.
Ia menjelaskan, upaya menyamakan persepsi politik menjelang pelaksanaan pilkada Jatim itu dikoordinasi secara langsung oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Madura (DPP Ikama) yang berpusat di Jakarta.
Muhlis Ali menjelaskan, masyarakat Madura perlu menyamakan persepsi dalam menentukan pilihan politiknya pada pilkada Jatim ini agar kepentingan politik masyarakat di Pulau Garam itu bisa terakomudir dengan cara diarahkan kepada bakal calon yang memang memiliki kepedulian terhadap kemajuan pembangunan di Madura.
"Pada pilkada Jatim sebelumnya, kami kan hanya menjadi komuditas politik belaka, akan tetapi, kami tidak merasakan adanya kemajuan yang berarti," kata dia.
Etnis Madura, kata dia, sebenarnya merupakan etnis terbesar di Jawa Timur dengan sebaran hampir di semua 38 kabupaten/kota yang ada di ujung timur Pulau Jawa itu.
Bahkan pada pilkada Jatim sebelumnya, Madura telah menjadi penentu kemenangan pasangan pemimpin Jawa Timur. Hanya saja, akibat kurangnya koordinasi di kalangan para tokoh, maka pilihan politik masyarakat di Pulau Garam kini dirasa kurang tepat.
Sehingga, sambung mantan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) itu, kendatipun warga Madura menjadi penentu kemenangan politik, namun kebijakan politik pemimpin terpilih kala itu kurang dirasakan warga Madura.
"Buktinya sampai saat ini pembangunan di Madura terkesan jalan di tempat, kendatipun jembatan Suramadu telah dioperasikan," kata Muhlis Ali menjelaskan. (*)
Posting Komentar